Cianjur.ruangpojok.com – Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Cianjur meningkat tajam, dipicu oleh perilaku seks bebas dan Lelaki Seks Lelaki (LSL).
Sekretaris Komisi IV DPRD Cianjur, Asep Ritman, dan Ketua MUI Cianjur, KH R. Abdul Ra’uf menyoroti persoalan ini sebagai ancaman serius bagi masyarakat.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Cianjur, total kasus HIV/AIDS hingga 2024 mencapai 30.849 kasus. Pada 2023, terdapat 207 kasus baru, sedangkan pada 2024 jumlahnya meningkat menjadi 281 kasus.
Asep Ritman menegaskan, bahwa lonjakan kasus HIV/AIDS harus menjadi perhatian serius, terutama karena Cianjur dikenal sebagai kota santri.
“Angka penderita HIV/AIDS yang meningkat di Cianjur perlu disikapi serius oleh pemerintah dan masyarakat. Apalagi, kasus LSL dan seks bebas semakin merebak,” ujar Asep, saat dihubungi melalui Whatsapp, Jum’at, 17 Januari 2025.
Ia juga menyerukan pentingnya sosialisasi bahaya HIV/AIDS sejak dini.
“Sosialisasi harus dilakukan dari tingkat SD hingga perguruan tinggi. Perilaku seks bebas, tontonan dewasa di media sosial, dan penyebaran konten LGBT di grup Facebook harus menjadi perhatian bersama,” tegasnya.
karenanya, Asep mengatakan, pihaknya akan menggelar rapat dengan Komisi IV DPRD, dinas terkait, dan MUI Cianjur untuk membahas langkah penanganan.
“Ini tanggung jawab kita bersama agar Cianjur, yang dijuluki kota santri, terbebas dari penyebaran HIV/AIDS,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua MUI Cianjur KH R. Abdul Ra’uf menyampaikan keprihatinannya atas situasi ini, terutama karena banyak pengidap HIV/AIDS berasal dari komunitas LGBT. Persoalan ini sudah menjadi bahan diskusi bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).
“Pendidikan adalah solusi utama untuk mengatasi perilaku menyimpang ini. Peran keluarga sangat penting dalam membentuk karakter anak agar memahami mana yang benar dan salah,” ungkap Abdul Ra’uf.
Menurutnya, keluarga harus menjadi benteng pertama dalam memberikan pendidikan agama dan moral.
“Tanpa keterlibatan keluarga, perilaku anak sulit dikendalikan. Pendidikan agama harus menjadi prioritas utama,” lanjutnya.
Sapaan Aang Ra’uf mengatakan, MUI Cianjur juga rutin melakukan sosialisasi di berbagai kecamatan untuk memberikan pemahaman agama kepada remaja. Meski dikenal sebagai kota santri, perubahan zaman tetap menjadi tantangan besar bagi masyarakat.
“Ulama terus berupaya membentengi masyarakat dari pengaruh negatif perubahan zaman, terutama yang menunjukkan tanda-tanda akhir zaman,” tutupnya.