
RUANGPOJOK.COM – Ribuan petani ikan di Waduk Cirata geram atas pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menyebut adanya kandungan merkuri pada ikan di wilayah tersebut.
Pernyataan ini dinilai tidak berdasar dan justru memukul perekonomian para pembudidaya ikan keramba jaring apung (KJA).
Ketua Umum Pembudidaya KJA Waduk Cirata, Edi Supiandi, menyayangkan sikap pemerintah yang dianggap meresahkan masyarakat.
“Adanya pernyataan dari Menteri KKP-RI ini, dampaknya sangat merugikan kami. Di tengah kondisi sulit saat ini harga ikan anjlok, pakan mahal, dan invasi eceng gondok meluas mengakibatkan penjualan ikan semakin merosot,” ujar Edi, yang akrab disapa Ujang Dakum, Minggu, 6 Juli 2025.
Sebelumnya, hasil uji laboratorium pada 2023 menunjukkan bahwa ikan dari Waduk Cirata aman dikonsumsi dan bebas merkuri.
Oleh karena itu, Ujang mempertanyakan dasar pernyataan Menteri KKP yang tidak dilengkapi data pembanding atau kajian ilmiah terbaru.
“Selama ini kami punya bukti dari hasil uji laboratorium bahwa ikan dari Cirata tidak mengandung merkuri. Tiba-tiba muncul pernyataan sepihak dari Pak Menteri yang sangat merugikan kami,” tegasnya.
Akibat pernyataan tersebut, harga ikan di Waduk Cirata anjlok drastis. Ikan nila yang sebelumnya dijual Rp25.000 per kilogram dan ikan mas Rp28.000, kini turun menjadi Rp19.000/kg.
Penurunan ini menyebabkan omzet petani Ikan KJA merosot tajam hingga 50%.
Tak hanya pembudidaya, pedagang dan pengirim ikan juga merasakan dampaknya. Beberapa pelaku usaha mengaku ikan asal Cirata mulai ditolak pasar, dengan pembeli secara spesifik mempertanyakan asal produk.
“Sampai di bak pengiriman ditanya, ‘ini dari Cirata bukan?’ Kalau dari Cirata, sudah mulai tidak diterima di pasar. Kami bisa bangkrut kalau begini terus,” keluh ujang.
Padahal, sektor budidaya ikan di Waduk Cirata merupakan tulang punggung ekonomi warga di tiga kabupaten, yaitu Cianjur, Bandung Barat, dan Purwakarta.
Selain itu, usaha ini terbukti inklusif dengan melibatkan penyandang disabilitas dan masyarakat berpendidikan rendah.
“Di Cirata ini kami bisa buktikan, bahkan tuna rungu bisa bekerja. Orang yang hanya lulusan SD kelas 3 pun bisa punya pekerjaan di sini,” ungkap Ujang.
Ujang mendesak pemerintah untuk berpihak pada petani dengan memberikan solusi nyata, bukan memperburuk situasi melalui pernyataan tanpa verifikasi.
“Pemerintah seharusnya hadir untuk membantu kami menghadapi mahalnya harga pakan dan invasi eceng gondok. Bukan malah memperkeruh keadaan,” tandasnya.